Kamis, 31 Desember 2009

SODIS

Tak segampang membunyikan anjuran untuk meminum minumlah minimal 8 gelas air dalam satu hari”, bagi sebagian masyarakat untuk mendapatkan 8 gelas air layak minum setiap hari bukanlah perkara yang sepele.

MASIH banyak saudara kita yang harus membeli air bersih dengan harga mahal atau harus berjalan beberapa kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih satu jerigen saja. Menurut hasil penelitian EAWAG/SANDEC (Swiss Federal Institute for Environmental Science and Technology / Water and Sanitation in Developing Countries), sebuah lembaga penelitian lingkungan dari negara Swiss, sekitar sepertiga dari penduduk di kawasan pedesaan di negara berkembang kesulitan untuk mendapatkan air sehat layak minum. Bahkan WHO (Badan Kesehatan Dunia PBB) menyodorkan angka eksak lebih dari satu milyar jiwa di dunia menghadapi permasalahan kesulitan air bersih. Diperkirakan angka tersebut akan semakin membengkak seiring semakin memburuknya kualitas serta tingkat ketersediaan air di banyak wilayah di dunia.

Mulai tahun 1991, EAWAG/SANDEC memperkenalkan teknologi SODIS (Solar Water Disinfection) alias air minum yang diolah dengan panas sinar matahari. Teknologi ini kemudian tersebar luas di berbagai negara di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin. Teknologi SODIS sebenarnya telah dikembangkan sejak tahun 1985 oleh Prof Aftim Acra dari American University of Beirut. Penelitian Acra kemudian disusul sebuah proyek pengembangan yang dijalankan oleh INRESA ( Asosiasi Sistem Energi Terpadu untuk Kawasan Pedesaan) di tahun yang sama.

Tiga tahun kemudian, Institute Riset Brace di Montreal, Kanada, menyediakan workshop untuk memperkenalkan teknologi ini pada khalayak luas. Rangkaian penelitian tersebut akhirnya disempurnakan oleh EAWAG/SANDEC yang mengadakan uji lapangan dan penelitian laboratium untuk menilai manfaat SODIS dan mengembangkan teknologi pemanfaatan air yang murah, aman dan bekelanjutan.

Sehat dan Hemat
Prinsip SODIS adalah merebus air dengan bantuan sinar matahari dan memanfaatkan kemasan limbah botol plastik air minum mineral untuk mendapatkan air layak minum. Dengan cara memanipulasi panas matahari yang menghangatkan air (hingga 50° C) yang disinergikan dengan radiasi sinar ultra violet, bakteri-bakteri yang terkandung dalam air akan mati dengan durasi penjemuran tertentu. Air yang diolah pun tak harus air sumur, tapi air dari segala jenis sumber, bahkan air sungai yang keruh pun asal tidak tercemar zat kimia, bisa digunakan setelah lebih dulu dijernihkan.

Sebenarnya apa yang istimewa dari SODIS? Yang jelas cara pembuatan SODIS lebih praktis, mudah dan murah, semisal bila dibanding merebus air dengan kompor minyak tanah atau tungku kayu bakar. Diperhitungkan biaya yang dihemat oleh satu keluarga bila beralih dari mengkonsumsi air rebus ke SODIS adalah Rp. 438.000,- per tahun. Perincian kasarnya sebagai berikut: bila satu keluarga (misalnya terdiri dari 6 orang) membutuhkan air minum yang bersih dan sehat sekitar 12 liter/hari, sedangkan untuk memasak 1 liter air dibutuhkan bahan bakar seharga Rp. 100,-, maka setiap satu keluarga mengeluarkan biaya Rp 1.200,-per hari atau Rp. 438.000,- per tahun. Jumlah yang tidak sedikit di masa bahan bakar mahal seperti saat ini. Ada lagi keistimewaan SODIS, yakni membantu program daur ulang limbah plastik dengan penerapan prinsip re-use, yakni dengan pemanfaatan kembali botol plastik bekas air mineral sehingga mengurangi potensi pencemaran tanah oleh limbah plastik.
Mengikis Diskriminasi
Di Indonesia, teknologi SODIS diperkenalkan pertama kali oleh Yayasan Dian Desa, Yogyakarta, sejak tahun 1997. Awalnya dilakukan proyek percontohan di Desa Melikan, Kabupaten Wonogiri dan Desa Dobalan, Bantul. Meski perlu waktu relatif lama untuk mensosialisasikan SODIS di kedua desa tersebut, setelah satu tahun sebagian besar warga telah beralih memanfaatkan teknologi ini hingga kini.

“Kini teknologi SODIS banyak dimanfaatkan di daerah Madura, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Kalimantan,” tutur Supriyono, staf Yayasan Dian Desa yang asyik mengakrabi SODIS sejak 3 tahun lalu. “Teknologi SODIS dipadukan dengan pengetahuan tradisional untuk menjernihkan air, bisa membantu para pengungsi korban kerusuhan di Ambon dan NTT memenuhi kebutuhan air minum sehat untuk sehari-hari. Sebelumnya mereka harus membeli air dengan harga cukup mahal,” tambahnya.

Yang menarik, muncul pula pemikiran bahwa SODIS berperan dalam mengikis diskriminasi gender dalam rumah tangga. Tanggung-jawab menyediakan air minum yang lazimnya dijalankan kaum perempuan kini bisa dilakukan siapa saja; lelaki-perempuan, tua atau muda bahkan anak-anak. Dus, dengan teknologi SODIS kaum ibu tak lagi harus berkeringat didepan tungku untuk menyiapkan air minum. Teknologi SODIS mewakili kesederhanaan yang mampu sekaligus merangkum banyak hal ; sehat, hemat, praktis, ramah lingkungan dan peka diskriminasi gender! – man
——————————————————————————————————-

Cara Sederhana Membuat SODIS

* Sediakan botol plastik bekas air mineral ukuran 1500 ml atau yang lebih kecil. Bisa juga memakai kantung plastik khusus dengan bahan PET (PolyEthylene Terephtalate) atau botol kaca bening dengan ketebalan maksimal 2 mm.
* Cat separoh badan botol dengan cat besi warna hitam, setelah kering bersihkan bagian dalam dan luar botol.
* Isi dengan air mentah (bening) sampai penuh, jangan sampai ada ruang udara yang tersisa, kemudian tutup rapat-rapat.
* Jemur di bawah terik matahari, bagian bercat hitam dibawah, selama 4-5 jam bila cuaca cerah, 6-7 jam saat cuaca berawan atau 2 hari berturut-turut apabila hari hujan.
* SODIS siap dikonsumsi

(Sumber: Warta SODIS, Edisi 5 Agustus 2001).-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar