Rabu, 31 Maret 2010

Semen Portland

Semen Portland dibentuk terutama dari bahan kapur (CaO), silica (SiO2), alumina (Al2O3), dan oksida besi (Pe2O3). Isi kombinasi dari total 4 oksuda tersebut kira – kira 90% dari berat semen, karenanya dikenal sebagai unsure utama atau major oxides di dalam semen. 10% yang lainnya terdiri dari magnesia (MgO), oksida alkali (Na2O dan K2O), titania (TiO2), fosforus-pentoksida (P2O5), dan gypsum, yang dikenal sebagai unsure minor atau minor oxides di dalam semen.
Dengan demikian, karakteristik dan perilaku spesifik dari semen akan banyak tergantung pada jenis dan komposisi spesifik dari bahan – bahan dasar yang digunakan dalam campuran produksi semen tersebut.
komposisi bahan – bahan oksida di dalam semen, yang meliputi sebagian besar jenis semen yang biasa di jumpai di pasaran yaitu
CaO, SiO2,Al2O3,Fe2O3,MgO,Na2O + K2O, TiO2, P2O5­SO3

Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi, dan biasanya melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur dibawah 65%, pengerasannya seringkali agak lambat. Alam hal lain, kandungan kapur maksimum dibatasi oleh kebutuhan untuk menghindari kapur bebas dalam semen. Keberadaan kapur bebas bisa menjadi sumber kelemahan pada permukaan interface antara pasta semen dengan agregat, dan juga bisa menyebabkan ketidakstabilan pada proses pengerasan pasta semen.
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica akan menjadi penyumbang kekuatan yang terbesar,. Sedangkan alumina dan oksida besi akan lebih berfungsi untuk mengatur kecepatan proses hidrasi. Namun dalam proses produksi semen, terutama dalam proses pembakarannya, alumina dan oksida besi akan bertindak sebagai suatu media pembakaran yang bisa berfungsi untuk mengurangi tingkat suhu pembakaran semen. Kandungan minimum dari alumina dan oksida besi seringkali lebih ditentukan oleh kebutuhan untuk menghindari kesulitan produksi klinker pada suhu tinggi, dan bukan oleh kebutuhan komposisi kimianya. Sementara itu kandungan maksimumnya pada umunya dibatasi oleh kebutuhan untuk mengendalikan waktu pengikatan hidrasi semen. Dalam hal ini, semen dengan rasio SiO2/(Al­2O3 + Fe2O3) yang kurang dari 1,5 pada umumnya menunjukan waktu pengikatan yang cepat, yang biasanya sukar dikontrol lagi oleh proporsi campuran gypsum yang ditambahkan.
Dalam proses pembakaran klinker, oksida – oksida silica, alumina, dan besi akan bereaksi dengan kalsium-oksida untuk menghasilkan empat unsure utama semen Portland, yaitu:
3CaO.SiO2 atau tricalsium-silicate, di singkat C3S
2CaO.SiO2 atau bicalsium-silicate, di singkat C2S
3CaO.Al2O3 atau tricalsium-aluminate, di singkat C3A
4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau tetracalsium-aluminoferrite, di singkat C4AF.

Peran dan Perilaku Unsur Utama Semen

C3S : Perilaku dari C3S hampir sama dengan perilaku semen Portland. Bila dicampurkan dengan air, pengikatan C3S dan air akan menghasilkan pengerasan dari pasta semen dalam beberapa jam, dan selanjutnya akan mendapatkan sebagian besar kekuatannya (sekitar 70%) pada minggu pertama setelah pengikatan, dengan mengeluarkan panas sekitar 500 joule/gram. Kandungan C3S di dalam semen Portland semen biasa bervariasi antara 40 – 55 %, dengan rata – rata sekitar 48%.
C2S : Bila dicampurkan dengan air, C2S berhidrasi denngan jumlah panas yang rendah, sekitar 250 joule/gram, namun pasta yang mengeras mendapatkan kekuatannya secara relative lambat selama beberapa minggu dan malahan bulan, untuk mencapai kekuatan akhir yang kemungkinan bisa sama dengan yang dihasilkan oleh C3S. kandungan C2S di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 15 – 35 %, dengan rata – rata 25%.
C3A : Trikalsium-Aluminat murni bereaksi dengan air dan menghasilkan pengikatan dalam waktu yang cepat, disertai dengan pengeluaran panas yang besar, yaitu sekitar 850 joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar kekuatan di dapatkan dalam satu atau dua hari, tetapi kekuatannya relative rendah. Kandungan C3A di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7 – 15 %.
C4AF : Tetrakalsium-aluminoferrit bereaksi dengan air secara cepat dan menghasilkan pengikatan dalam beberapa menit, dengan mengeluarkan panas hidrasi sekitar 420 joule/gram. Kandungan C4AF daam semen bervariasi sekitar 5 – 10 %, rata – rata 8%.

Peran dan Perilaku Unsur Minor Semen

Gipsum, gypsum ditambahkan selama penggilingan klinker untuk mengatur waktu pengikatan semen. Namun kandungan gypsum perlu diperhatikan agar dapat memberikan kekuatan maksimum dan susut minimum pada beton. Kandungan gypsum harus dibatasi karena jumlah kandungan yang berebihan bisa menyebabkan memburuknya pengikatan semen dan retak pada proses pengerasannya. Hal ini disebebkan oleh terbentuknya unsure enttringite atau C3A3.CaSO4.32H2­O yang dihasilkan dari reaksi gypsum dengan C3A dan air. Dari sifat fisiknya, terjadinya ettringite bisa mengakibatkan pengembangan volume, yang disebabkan oleh berat jenisnya yang rendah, yaitu sekitar 1,73 gram/cm3, dibandingkan dengan rata – rata sekitar 2,5 gram/cm3 untuk produk hidrasi lainnya. Pengembangan volume ini dalam jumlah yang besar akan bisa mengakibatkan kerertakan dan kerusakan pasta semen dan beton yang sudah mengeras (juga dikenal sebagai proses korosi pada beton), anmun ketika sejumlah kecil gypsum ditambahkan dan pengembangan volume terjadi ketika pasta masih plastis, hal tersebut praktis tidak menyebabkan kerusakan apa pun.
Kapur Bebas, kehadiran kapur bebas pada semen akan terjadi bila bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi semen mengandung lebih banyak kadar kapur dari yang dibutuhkan untuk bereaksi dan bergabung dengan oksida – oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3 dalam proses pembentukan unsure – unsure utama semen. Permasalahan timbul karena kapur yang terhidrasi Ca(OH)2 akan mengakibatkan volume yang lebih besar dari kapur bebas, sehingga bisa menyebabkan pengembangan volume pada saat pengikatan (setting time), yang pada akhirnya bisa mengakibatkan keretakkan dan kerusakan pasta semen dan beton yang sudah mengeras. Di samping itu, kehadiran Ca(OH)2 bisa menimbulkan juga perlemahan daya lekat pada unsur – unsur pengisi beton.
Oksida Alkali (Na2O + K2O), kehadiran oksida alkali dalam semen perlu diwaspadai terutama bila agregat yang reaktif alkali digunakan dalam adukan beton, karena beberapa jenis agregat mengandung unsur – unsur raktif dari silica, yang bisa bereaksi dengan oksida alkali yang dilepaskan dari semen, bisa menghasilkan suatu unsur alkali-silica-gel yang ekspasif, sehingga bisa merusakdan menimbulkan keretakan pada pasta semen dan beton yang sudah mengeras. Bila memang agregat yang tersedia untuk adukan beton adalah reaktif alkali rendah, yaitu semen yang mengandung total unsur alkali rendah, yaitu semen yang mengandung total unsur alkali tidak melebihi 0,6% (ekuivalen Na2O).
Magnesium-Oksida (MgO), hidrasi dari MgO. Sama seperti CaO, bisa menyebakan pengembangan volume, dan keharidan magnesium bisa menyebabkan perlemahan pengikatan pasta semen. Namun jumlah yang jecil dari MgO pada umumnya tidak akan sampai merusak pasta semen setelah mengeras, terutamabila proses pendinginan klinker diaksanakn dengan baik dan tidak terlampau drastic.
Fosforus-Pentoksida (P2O3), umunya kandungan P2O3 pada semen tidak melebihi 0,2%. Kehadirannya bisa memperlambat pengerasan semen karena bisa mengurai C3S menjadi C2­S dan CaO. Karenanya semen yang mengandung P2O3 dalam juumlah besar bisa menyebabkan perlemahan karena terbentuknya kapur bebas.

Nah…. Itu dia sekilas tentang kimiawi Semen Portland, Semoga bisa memahaminya..

sumber : trend sipil era millenium

SEMEN DARI SAMPAH (EKOSEMEN)

Jepang, sebuah negeri penuh inovasi. Mungkin sebutan itu sesuai dengan bagaimana jepang menangani masalah sampah. Setelah berhasil membuat sebuah airport berkelas internasional di Kobe dimana yang dibuat diatas lapisan sampah, menerapkan pembuatan pupuk dari sampah di berbagai hotel di Jepang, kini Jepang telah berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan EKOSEMEN.


Ekosemen
Ekosemen diambil dari kata “Ekologi” dan “Semen”. Diawali penelitian di tahun 1992, para peneliti Jepang telah meneliti kemungkinan abu hasil pembakaran sampah, endapan air kotor dijadikan sebagai bahan semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yg sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Pada tahun 1993, Proyek itu kemudian dibiayai oleh Kementrian Perdagangan Internasional dan Industri Jepang. Pada tahun 2001, pabrik pertama di dunia yang mengubah sampah menjadi semen resmi beroperasi di Chiba. Pabrik tersebut mampu menghasilkan ekosemen 110,000 ton/tahunnya. Sedangkan sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62,000 ton/tahun, endapan air kotor dan residu abu industri yang diolah mencapai 28,000 ton/tahun.


Penggunaan Abu Insinerasi untuk semen



Penduduk jepang membuang sampah baik organik maupun an-organik, sekitar 50 juta ton/tahun. Dari 50 ton/tahun tersebut yang dibakar (Proses Incineration) menjadi abu (incineration ash) sekitar 37 ton/tahun. Sedangkan abu yang dihasilkan mencapai 6 ton/tahunnya. Dari abu inilah yang kemudian dijadikan sebagai bahan dari pembuatan ekosemen. Abu ini dan endapan air kotor mengandung senyawa-senyawa dalam pembentukan semen biasa. Yaitu, senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Oleh karena itu, abu insinerasi ini bisa berfungsi sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada pembuatan semen biasa.
Komposisi senyawa pada ekosemen dan semen biasa (ppm)
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
SO3
Cl

Semen Biasa
62-65
20-25
3-5
3-4
2-3
50-100 ppm

Ekosemen
12-31
23-46
13-29
4-7
1-4
150.000 ppm


Sedangkan kandungan CaO yang masih kurang pada abu insinerasi dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur. Penggantian sebagian batu kapur (kandungan utamanya CaCO2) dengan abu insenarasi (kandungan utama CaO) dapat mengurangi emisi CO2 yang selama ini menjadi dilema dalam industri semen. Dalam pembuatan ekosemen ini, chlorine dan logam berat yang terkandung pada abu insinerasi akan diekstrak menjadi artificial ore (Cu, Pb, dll) yang kemudian di recyle untuk digunakan kembali.









Secara umum, produksi semen biasa (Portland) meliputi pengeringan, penghancuran dan pencampuran batu kapur, tanah liat, quartzite dan bahan baku lainnya dan kemudian dibakar pada rotary klin. Pada pembuatan ekosemen, secara prinsip sama dengan pembuatan semen biasa. Perbedaannya terletak pada proses pembakaran dan pengolahan limbah.

Persiapan
Bahan baku (abu insenerasi, endapan air kotor rumah tangga, residu abu industri) diproses terlebih dahulu, seperti pengeringan, penghancuran, dan pemisahan logam yang masih terkandung pada bahan baku.
Pengeringan dan Penghancuran
setelah dikeringkan, bahan baku tersebut kemudian dihancurkan pada Raw grinding/drying mills bersamaan dengan batu kapur .
Pencampuran
Setelah dikeringkan dan dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam Homogenizing Tank bersamaan dg fly ash (abu yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara) dan blast furnace slag (Limbah yang dihasilkan industri besi). Dua Homoginezing tank ini dimaksudkan untuk mencampuran semua secara merata. Sehingga bisa menghasilkan komposisi yang diinginkan
Pembakaran
Berbeda dengan produksi semen biasa dimana dibakar pada suhu 900℃, pada proses pembuatan ekosemen bahan baku dimasukkan ke dalam rotary klin dan dibakar pada suhu diatas 1350℃. Pada proses ini, dioksin dan senyawa berbahaya lainnya yang terkandung pada abu insenerasi akan diurai menjadi air & gas klor sehingga aman bagi lingkungan. Gas yang keluar dari rotary klin kemudian didinginkan secara cepat hingga suhu 200℃ untuk mencegah terbentuknya dioksin kembali. Pada proses ini pula logam berat yang masih terkandung dipisahkan dan dikumpulkan ke dalam bag filter sebagai debu yang masih mengandung klor. Debu ini kemudian dialirkan ke Heavy Metal Recovery Process. Pada proses ini,klor yang masih terkandung akan dihilangkan dan menghasilkan sebuah articial ore seperti tembaga dan timbal yang kemurniannya mencapai 35 % atau lebih.
Pada proses pembakaran ini akan dihasilkan clinker (intermediate stage pada industri semen) yang kemudian dikirim ke clinker tank.
Penghancuran Produk
gypsum kemudian ditambahkan bersama clinker dan campuran tersebut dihancurkan pada finish mills yang kemudian akan menghasilkan produk ekosemen.

Kendala
Salah satu kendala utama pada pengembangan ekosemen ini adalah proses produksinya yang masih mahal bila dibandingkan dengan produksi semen biasa. Hal ini dikarenakan proses pemisahan klor pada ekosemen yang memakan banyak proses sehingga membuat biaya produksi lebih mahal. Klor ini sendiri diakibatkan plastik vinil yang ikut tercampur pada sampah organik. Sehingga pada pembuatan abu insenarasi, palstik vinil ikut terurai menjadi klor. Klor ini sendiri sangat berpengaruh pada penurunan kekuatan konkrit ekosemen bila tidak dipisahkan. Sehingga pemisahan plastik dari sampah organic secara seksama menjadi kunci utama pada produksi ekosemen ini.





Kualitas Ekosemen

Hingga saat ini ada dua macam tipe ekosemen (berdasarkan penambahan alkali dan kandungan klor) yaitu tipe biasa dan Tipe Rapid Hardening. Ekosemen tipe biasa mempunyai kualitas sama baiknya dengan semen portland biasa. Tipe ekosemen ini digunakan sebagai ready mixed concrete. Sedangkan ekosemen tipe Fast Hardening memiliki kekuatan konkrit dan pengerasan yang lebih cepat dibanding semen portland tipe high-early strenght (lihat Fig.2). Ekosemen tipe ini digunakan pada blok arsitektur, bahan genteng, pemecah ombak, dll. Ekosemen ini telah melewati proses JIS (Japanese Indusrial Standard).







Manfaat Ekosemen

Dengan adanya pengubahan sampah menjadi semen, menambah alternatif pengolahan sampah yang lebih bernilai ekonomis, dan biaya pengolahan sampah di Jepang menjadi lebih murah. Bila sebelumnya 40,000 yen/ton (pengolahan sampah konvensional) menjadi 39,000 yen/ton (pengolahan sampah hingga menjadi semen).
Selain itu, teknologi ekosemen sangatlah ramah akan lingkungan. Pada pembuatan ekosemen, sebagian CaO diperoleh dari abu insenerasi sehingga mengurangi penggunaan batu kapur (CaCO2), yang selama ini sumber polusi gas CO2. Tak salah, jika kemudian teknologi ekosemen mendapat penghargaan dari menteri lingkungan Jepang atas peranannya mencegah pemanasan global.







Peluang di Indonesia

Indonesia belum bisa lepas dari masalah sampah. Mulai dari penolakan warga masyarakat sekitar TPA akibat kepulan asap dan bau yang ditimbulan pengolahan sampah saat ini hingga kejadian yang tidak pernah dilupakan, tragedi leuwih gajah yang merenggut 24 nyawa tak bersalah.
Sudah banyak upaya yang dilakukan, termasuk dengan mengubahnya menjadi sumber energi (metan) namun akibat kurangnya prospek dari segi ekonomi, akhirnya perkembangannya masih jalan ditempat. Dengan berhasilnya Jepang, mengolah sampah menjadi semen, tentu menjadi peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Di Jakarta saja sampah yang dihasilkan oleh warganya mencapai 6000 ton lebih/hari. Selain itu secara prinsip, pembuatan ekosemen hampir sama dengan pembuatan semen biasa, sehingga jika bisa dilakukan kerja sama dengan pihak industri semen, maka akan jadi kerjasama yang menguntungkan baik pihak pemerintah maupun pihak industri. Dari pihak pemerintah penanganan sampah bisa teratasi dan dari pihak industri mampu mengurangi penggunaan limestone (26 %).
Namun yang terpenting adalah kemauan pemerintah, khususnya pemerintah kota/daerah, untuk mengelola sampah dengan baik dan memulai untuk mencoba memisahkan sampah antara sampah organik, anorganik, botol dan kaleng menjadi kebudayaan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga peluang pemanfaatan sampah menjadi semen atau produk yang lain bisa oleh pihak industri bisa lebih ekonomis.

Sumber
1. T. Shimoda, S. Yokoyama, Ecocement—a new Portland cement to solve municipal and industrial waste problems, Proc. of International Congress on Creating with Concrete, Dundee, 1999, pp. 17– 30.
2. www.taiheiyo-cement.co.jp
3. www.ichiharaeco.co.jp
4. www.pmij.org
5. www.majari.blogspot.com
6. www.jsa.co.jp

Sejarah Semen

Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan – batuan konstruksi bangunan.
Semen pada awalnya dikenal di mesir tahun 500 SM pada pembuatan piramida, yaitu sebagai pengisi ruang kosong di antara celah – celah tumpukan batu. Semen yang dibuat bangsa mesir merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni, sedang kalsinasi batu kapur mulai di gunakan pada zaman romawi. Kemudian bangsa yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik (Vulcanic Tuff) yang berasal dari pulau santoris yang kemudian di kenal dengan Santoris Cement. Bangsa romawi menggunakan semen yang di ambil dari material vukanik yang ada di pegunungan Vesuvius di lembah napples yang kemudian di kenal dengan nama pozzulona cement, yang di ambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu pozzoula.
Penemuan bangsa romawi dan yunani ini mengalami perkembangan lebih lanjut mengenai komposisi bahan dan cara pencampurannya, sehingga diperoleh Mortar yang lebih baik. Pada abad pertengahan, kualitas mortar mengalami penurunan yang disebabkan oleh pembakaran limestone yang kurang sempurna., dengan tidak adanya tanah vulkanik.
Pada tahun 1756 jhon smeaton seorang sarjana inggris berhasil melakukan penyelidikan terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air. Dari hasil percobaannya di simpulkan bahwa batu kapur lunak yang tidak murni dan mengandung tanah liat merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang baik. Batu kapur yang dimaksud tersebut adalah kapur hidrolis (hydrolic lime). Kemudian oleh vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah baik jika ditambahkan juga silica atau tanah liat yang mengandung alumina dan silica. Akhirnya vicat membuat kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah liat (clay) dengan batu kapur (limestone) pada perbandingan tertentu, kemudian campuran tersebut dibakar (dikenal dengan Artifical lime twice kilned).
Pada tahun 1811, James Frost mulai membuat semen yang pertama kali dengan menggunakan cara seperti vicat yaitu dengan mencampurkan 2 bagian kapur dan satu bagian tanah liat. Hasilnya disebut Frost’s Cement. Pada tahun 1812 prosedur tersebut diperbaiki dengan menggunakan campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah Argillaceus (mengandung 9 – 40% silica). Semen yang dihasilkan disebut British Cement.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar campuran batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadin yang merupakan orang inggrispada tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida (CO2). Batuan kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa – senyawa lain membentuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan Portland. Colesium, Menara Babilonia, Piramida, Candi Borobudur, merupakan contoh dari penggunan “Semen Klasik” ini.

Wah… wah… ternyata orang dulu juga pandai – pandai yah,… Namun, ke depannya penggunaan semen sebagai salah satu unsur penting dalam pembuatan beton ini akan lebih maju lagi,….

Sumber : Walter H. Duda 1976,
Tugas Akhir MK Proses Industri Kimia II, Teknik Kimia UNTIRTA, Apriyadi Firdaus, Cilegon 2007.
Dan yang jelas tulisan ini saya ambil dari blog sapta harryadi

komposit

KOMPOSIT
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik - matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber).
Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama:
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC) – Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC) – ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC) – digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitrida
Komposit Matrik Polimer
Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit.
Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang luar biasa tinggi tetapi dalam ‘bentuk padat’ sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal dibawah titik tegangan patah teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk serat, sehingga, meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan sisa kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan lebih akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat dalam suatu tali.
Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat yang luarbiasa dapat diperoleh. Matrik resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap komposit antara setiap individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan benturan. Kekuatan dan kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan bentuk yang rumit, ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan berat jenis rendah, membuat kesimpulan komposite lebih superior terhadap logam dalam banyak aplikasi.
Bila Komposit Matrik Polimer mengabungkan sistem resin dan serat penguat, sifat-sifat yang dihasilkan bahan komposit akan memadukan beberapa hal sifat-sifat yang dimiliki oleh resin dan yang dimiliki oleh serat.
Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh:
1. Sifat-sifat serat
2. Sifat-sifat resin
3. Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat – Fibre Volume Fraction)
4. Geometri dan orientasi serat pada komposit
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses manufaktur yang digunakan biadanya merupakan bagian yang kritikal yang berperanan menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.
Pembebanan
Terdapat empat beban langsung utama dimana setiap bahan dalam suatu struktur harus menahannya: tarik, tekan, geser/lintang dan lentur
Tarik
Gambar dibawah memperlihatkan beban tarik yang diterapkan pada suatu komposit. Reaksi komposit terhadap beban tarik sangat tergantung pada sifat kekakuan dan kekuatan tarik dari serat penguat, dimana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan resinnya.
Tekan
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dibawah beban tekan. Disini sifat daya rekat dan kekakuan dari sistem resin adalah penting, sebagaimana resin menjaga serat sebagai kolom lurus dan menjaganya dari tekukan (buckling)
Geser/Lintang
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dikenakan beban geser. Beban ini mencoba untuk meluncurkan setiap lapisan seratnya. Dibawah beban geser resin memainkan peranan utama, memindahkan tegangan melintang komposit. Untuk membuat komposit tahan terhadap beban geser, unsur resin harus tidak hanya mempunyai sifat-sifat mekanis yang baik tetapi juga daya rekat yang tinggi terhadap serat penguat.
Lenturan
Beban lentursebetulnya merupakan kombinasi beban tarik, tekan dan geser. Ketika beban seperti diperlihatkan, bagian atas terjadi tekan, bagian bawah terjadi tarik dan bagian tengah lapisan terjadi geser.
Sistem-sistem Resin
Apapun sistem resin yang digunakan dalam bahan komposit akan memerlukan sifat-sifat berikut:
1. Sifat-sifat mekanis yang bagus
2. Sifat-sifat daya rekat yang bagus
3. Sifat-sifat ketangguhan yang bagus
4. Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus
Sifat-sifat Mekanis Sistem Resin
Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan untuk suatu sistem resin ideal. Kurva untuk resin menunjukkan kekuatan puncak tinggi, kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan awal) dan regangan tinggi terhadap kegagalan. Hal ini berarti bahwa resin pada awalnya kaku tetapi pada waktu yang sama tidak akan mengalami kegagalan getas.
Seharusnya dicatat dimana ketika suatu komposit di bebani tarik, untuk mencapai sifat-sifat mekanis yang optimal dari komponen serat, resin harus mampu berubah panjang paling tidak sama dengan serat. Gambar dibawah ini memberikan regangan terhadap kegagalan yang dimiliki untuk serat kaca-E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon berkekuatan tinggi (yaitu bukan dalam bentuk komposit). Disini terlihat, sebagai contoh, serat kaca-S dengan perpanjangan 5,3%, akan membutuhkan resin dengan perpanjangan paling tidak sama dengan nilai tersebut untuk mencapai sifat tarik yang maksimum.

Sifat-sifat Daya rekat Sistem Resin
Daya rekat yang tinggi antara resin dan serat penguat diperlukan untuk apapun jenis sistem resin. Hal ini akan menjamin bahwa beban dipindahkan secara efisiensi dan akan menjaga pecahnya atau lepasnya ikatan serat dan resin ketika ditegangkan.
Sifat Ketangguhan Sistem Resin
Ketangguhan adalah suatu ukuran dari ketahanan bahan terhadap propaganda retak, tetapi dalam komposit hal ini akan susah untuk diukur secara akurat. Bagaimanapun juga, kurva tegangan dan regangan yang dimiliki sistem resin menyediakan beberapa indikasi ketangguhan bahan. Sistem resin dengan regangan terhadap kegagalan yang rendah akan cenderung menciptakan komposit yang getas, dimana retak dapat mudah terjadi.
Sifat terhadap Lingkungan Sistem Resin
Ketahanan terhadap lingkungan, air dan substansi agresif lain yang bagus, bersama-sama dengan kemampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan, adalah sifat yang paling esensi untuk apapun jenis sistem resin. Sifat-sifat ini secara khusus penting untuk penggunaan pada lingkungan laut

BETON

Selamat buat adekku… dek Dhora dan Nila, adik kelas di SMA I PONOROGO yang mendapatkan medali emas dalam Indonesian Science Project Olympiad 2010. mereka berhasil membuat beton bangunan yang kuat, ringan, dan bernilai ekonomis tinggi. Salut buat mereka. Tiga tahun sekolah di SMA N I Ponorogo, dahulu hanya ada 1 anak yang bisa jebol medali perak dalam ajang olimpiade internasional. Tahun ini alhamdulillah bisa dua anak ya meskipun mereka berkelompok.
Sebagai mahasiswa Kimia, kita harus tahu dan kenal dengan beton. Meskipun nantinya yang banyak menggunakan adalah anak-anak teknik sipil.
BETON
Beton akan awet/tahan lama bila mempunyai ketahanan terhadap pengaruh cuaca, zat-zat kimia dalam air, pengaruh reaksi kimia yang terjadi dalam betonnya sendiri, keausan (abrasi) dan berkemampuan menahan beban.
Beton akan jauh lebih awet bila kedap air atau permeabilitasnya rendah, air di permukaan beton tidak tembus ke dalam sehingga tidak terjadi reaksi kimia di dalam beton karena zat kimia lebih reaktif bila terjadi larutan.
Selain beberapa faktor lain sifat kedap air dari beton ditentukan mutu mortar/semen, karena secara langsung menentukan kepadatan atau porositas beton, bila beton mempunyai volume mortar yang cukup mudah dikerjakan, waktu digetar untuk pemadatan memberi respon baik dan menutup permukaan cetakan sampai merata.
Bila kekurangan mortar, beton akan kaku/sukar dikerjakan dan mudah terjadi segregasi, sedang bila berlebihan maka beton terlalu plastis/sticky akan memperbesar resiko susut dan terjadi retak plastis.
Agregat halus atau disebut pasir sangat berperanan menentukan mudahnya pengerjaan (workability), kekuatan (strength) dan tingkat keawetan beton (durability), karenanya mutu pasir perlu dikendalikan agar dihasilkan beton yang lebih seragam.
Pasir sebagai pembentuk mortar bersama dengan semen dan air, yang berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu-kesatuan yang kompak dan kuat sedangkan baik-tidaknya ikatan ini tergantung dari mutu dan kekuatan mortarnya.
Butiran halus pada pasir sangat diperlukan untuk mengendalikan workability dan menghasilkan kepadatan maksimal, bila butiran halus kurang dari 5% dan pasir kasar 10-15% dicampur dengan agregat kasar (kerikil/batu pecah) maka tidak tercapai beton yang padat dan kedap air, kekuatan dan keawetan berkurang, beton kaku, timbul bleeding dan segregasi.
Faktor yang menentukan mutu beton dan masing-masing faktor saling mempengaruhi yaitu mutu dan sifat bahan dasar, susunan campuran bahan, cara pelaksanaan, teknik pengerjaan dan cara perawatan, sedangkan pengaruh pasir terhadap kekuatan dan keawetan beton dapat dilihat pada dua segi yaitu:
• Peranan pasir sebagai pembentuk mortar (mortar berperanan sangat penting dan mempunyai fungsi sebagai pengendali workability, pemberi daya rekat dan kekuatan, pengendali keawetan beton)
• Pengaruh pasir terhadap mutu mortar dan beton yaitu agar mortar berfungsi seperti di atas maka susunan campuran mortar dan beton dihitung dengan cermat serta mempertimbangkan susunan besar butir (grading), kadar semen dan faktor air semen (butiran semen portland sangat kecil dengan luas permukaan spesifik antara 280-360 m3/kg dicampur air terjadi reaksi hidrasi maka terbentuk gel semen yang akan menutupi dan mengisi celah permukaan agregat dalam beton, makin lama reaksi berjalan pada suhu yang sesuai makin banyak gel semen terbentuk yang berpori- pori sangat kecil dan selalu terisi air yang menjaga kestabilan struktur gel dalam pasta semen).
BETON RINGAN
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman di tahun 1943. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.
Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
• Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau abu terbang yang dijadikan batu.
• Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu terbangnya dibersihkan).
• Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.
Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi kini lebih sering digunakan. Sebelum beton diproses secara aerasi dan dikeringkan secara autoclave, dibuat dulu adonan beton ringan ini. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran.
Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan. Kenapa tidak dijemur saja? Kalau adonan ini dijemur di bawah terik matahari hasilnya kurang maksimal karena tidak bisa stabil dan merata hasil kekeringannya.
Rongga Udara Dari Reaksi Kimia
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta ini terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Nah, rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.
Meskipun hidrogennya hilang, tekstur beton tetap padat tetapi lembut. Sehingga mudah dibentuk balok, atau palang sesuai kebutuhan. Untuk membentuknya adonan cukup dipotong dengan kawat sesuai ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam autoclave chamber selama 12 jam. Selama proses pengerasan ini berlangsung, saat temperatur mencapai 190 derajat celsius, dan tekanannya mencapai 12 bar atau 174 psi, pasir kwarsa bereaksi dengan kalsium hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Pada proses ini menentukan kekuatan atau kekerasan beton aerasi.
Setelah keluar dari autoclave chamber, beton ringan aerasi ini sudah siap digunakan sebagai konstruksi bangunan. Jika ditimbang beton ringan aerasi yang sudah jadi ini 80 persen bobotnya adalah udara. Meskipun berupa rongga udara, beton ringan aerasi dapat menahan beban hingga 1200 psi.
Satu Adonan Bisa Apa Saja
Dengan kehadiran AAC menciptakan sistem membangun yang menyeluruh dan lengkap. Singkatnya sebuah gedung atau rumah dari pondasi hingga ke atap cukup satu material saja yaitu beton AAC. Hal ini tak lepas dari keserbabisaan material ini yang mudah dibentuk.
Produk AAC bisa berupa batu bata beton, panel dinding, lintel (balok beton), panel lantai, atap, serta kusen atau ambang pintu dan jendela. Beberapa produk ada yang diperkuat lagi dengan ditanamkan besi beton di dalamnya. Salah satu contoh untuk panel dinding atau panel lantai.
Dengan memanfaatkan semua produk AAC ini dapat membuat struktur bangunan sekaligus. AAC mempermudah proses konstruksi, membangun rumah atau gedung seperti bermain LEGO (permainan menyusun balok kubus) saja.
Ukuran beton ringan aerasi ini sangat akurat, sehingga meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai. Misalnya untuk membentuk dinding rumah, pada sudut dinding ini sisi-sisi batu bata beton bisa saling mengisi mengikuti pola geometri tertentu, tak perlu memotong atau tiang cor untuk pengikat dinding. Untuk pemasangan panel dinding atau panel atap ada plat besi yang dirancang untuk mengikatnya dengan paku.
Beton AAC tak sekuat beton konvensional. Perbandingannya hanya 1/6 dari kekuatan beton konvensional, sehingga perlu perlakuan khusus untuk digantungi benda yang cukup berat misalnya wastafel, lemari atau blok kitchen set. Dengan menggunakan paku jenis tertentu benda-benda yang cukup berat tadi tetap dapat kokoh tergantung. Beton AAC dijamin tidak ambrol.
Batu bata beton AAC ini perlu perekat semen. Bisa dengan semen biasa, tetapi untuk hasil yang maksimal ada semen khusus yang memiliki daya rekat yang lebih tinggi, contohnya Prime Mortar. Hanya perlu sedikit semen untuk merekatkan. Cukup 2-3 mm saja. Untuk hasil akhirnya dinding dilapisi lagi dengan plester semen tipis.
Kelebihan AAC:
1. Balok AAC mudah dibentuk. Dengan cepat dan akurat dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alatnya cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Cepat dalam pengerjaan.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. mengurangi biaya penguat atau pondasi
9. waktu pembangunan lebih pendek.
10. tukang yang mengerjakan lebih sedikit
11. sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien
12. Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
13. Kedap suara
14. Tahan lama kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
15. Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus. dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding fisher sistem injeksi.
16. Anti jamur
17. Tahan gempa
18. Anti serangga
19. Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
20. Nyaman
21. Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.
Perawatan:
1. 70% AAC berpori tetapi masing-masing pori independen sehingga tidak menyerap air
2. Tetap harus diplester
SUMBER:
Isma Rosdianti UG Student Journalism

Plastik Eksklusif

inilah beberapa plastik eksklusif
1) Starlite adalah komposit plastik tahan terhadap sinar laser dan mampu menahan sengatan suhu sampai 10.000oC, padahal tidak ada logam yang mampu bertahan pada suhu ini. Starlite telah diakui NATO untuk digunakan landasan pesawat induk. Sedangkan NASA akan memanfaatkan sebagai pelapis pesawat ulang-alik atau tangki roket pendorongnya. NASA juga melaku¬¬kan uji coba simulasi penggunaan Starlite dapat digunakan sebagai pelapis dinding bangunan reactor PLTN yang dapat menyebabkan semburan panas ribuan derajat. Komposit Starlite terbuat dari 21 jenis polimer, sejumlah ko-polimer keramik dan bahan aditif. Komposit biasanya merupakan campuran dua macam polimer, yaitu matriks dan serat. Bahan matriks biasanya dari jenis polyester, polyurethane atau epoxy. Sedang seratnya berupa serat karbon, atau Kevlar. Didalam pembuatan starlite dipergunakan kopolimer yang mampu mendorong polimer plastik itu membentuk sejumlah besar gugus radikal, kemudian gugus radikal itu yang membuat ikatan menjadi lebih kukuh dan tahan suhu tinggi.
2) Plastik Kynar (polyvinylidene difluoride, PVDF) dapat diguna¬kan sebagai membrane mikrofon TV yang setipis kertas, sensor debu satelit, sensor pengukur aliran darah, sensor tekanan ditempat peledakan nuklir bawah tanah, bahkan pembuat panel pembangkit tenaga listrik di dasar lautan. Plastik Kynar Piezo Film adalah plastik tahan cuaca, jernih bagai kristal, lentur bak kertas dan mampu mengindera nafas bayi maupun debu bintang berekor. Kynar adalah versi lebih canggih dibandingkan plastik Saran (Polyvinylidene dichlorida, PVDC). Kynar peka terhadap sinar infra merah yang dipancarkan tubuh manusia sehingga dapat dipakai sebagai sensor untuk mengetahui kedatangan seseorang. Kynar bila mendapat tekanan akan menghasilkan arus listrik, yang disebut gejala piezoelektrik. Lapisan PVDF di kepalan tangan dan telapak kaki, dapat dipakai untuk mengin¬dera kekuatan pukulan dan tendangan regu karate Olimpiade AS. Para pelatih sepak bola menggunakan PVDF sebagai sensor sederhana untuk mengukur kekuatan tendangan para pemainnya.
3) Bom plastik Semtex sudah dikenal di pelataran logistic militer sejak perang dunia II. Meskipun kekuatannya hanya 1/3 TNT (trinitrotoluene), namun dua kali dibandingkan kekuatan dinamit. Semtex merupakan campuran beberapa bahan eksplosif dan bahan baku plastik. Sifat semtex sebagai produk baru dari komposisi diatas, mempunyai sifat lebih jinak terhadap pengaruh panas maupun tekanan. Jenis lain dari bom plastik yang tidak mengandung unsur logam adalah C-4.
4) Helm tentara yang terbuat dari baja bisa digantikan dengan helm plastik yang disebut plastik Kevlar yang mampu tahan peluru. Komposit ini terbuat dari bahan fenolik-polivinil-butirat dengan serat penguat buatan Du Pont. Rompi tahan peluru Presiden Reagen mempergunakan jenis plastik Kevlar.
5) Poliasetilen. Selama ini dunia mengenal benda penghantar arus listrik adalah bahan logam, sedangkan plastik tidak dapat menghantarkan arus listrik, oleh karena itu plastik selalu dipergunakan sebagai penyekat kabel listrik. Namun akhirnya ditemukan jenis plastik poliasetilen yang mampu sebagai penghantar arus listrik. Sifat plastik yang mampu bertindak sebagai konduktor tersebut dimanfaatkan dalam bentuk baterei plastik yang kualitasnya lebih baik dibanding baterei konven¬sional.
Sumber:
Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc, Ph.D.

PLASTIK, LIMBAH PLASTIK, DAN RE CYCLE

Plastik merupakan suatu bahan polimer yang tidak mudah terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai karena sifat-sifat khusus yang dimilikinya yaitu suatu polimer rantai panjang sehingga bobot molekulnya tinggi di mana atom-atom penyusunnya saling mengikat satu sama lain. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic. Tanda pengenal plastik itu sendiri dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, angka 5, angka 6, dan angka 7 yang masing-masing memiliki karakteristik khusus.

Plastik yang kodenya angka 1 atau Polyetilene tereftalat (PET) merupakan polyester linier yang mempunyai titik leleh 2650C. Plastik jenis ini berwarna jernih atau transparan dan banyak dipakai untuk botol air mineral, jus, dan hampir semua botol minuman ringan lain. Polimer ini dibuat dari reaksi polikondensasi yang dipreparasi dari asam tereftalat dan etilena glikol, biasanya dibuat dalam bentuk padatan atau dalam larutan dengan memakai etilena glikol berlebih untuk menaikkan laju esterifikasi.

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Selain itu aktifitas industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Jenis limbah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair, dengan tiga prinsip pengolahan dasar teknologi pengolahan limbah;

Limbah dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar dalam bentuk %scrapt atau bahan baku yang memang sudah bisa terpakai. Dalam sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan akan menerima limbah sebagai bahan baku yang baru.

Limbah Plastik

Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.

Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu


SUMBER:
PKM GT kimia 2009
www.rizal_tirta.com

Joyful Learning melalui Pendekatan SETS

Oleh: Yuni Nurfiana
Pembelajaran Kimia idealnya dikemas semenarik mungkin sehingga peserta didik memiliki motivasi untuk mau belajar Kimia lebih dalam. Karena Kimia bukan saja pelajaran yang berguna untuk satu profesi, akan tetapi pelajaran Kimia itu memiliki kegunaan untuk semua profesi manusia. Bahkan manusia yang tidak berprofesi pun sesungguhnya sangat membutuhkan pemahaman akan Kimia. Kimia memang menyelimuti alam semesta ini.
Seperti yang diungkapkan Prof AK Prodjosantosa dalam kuliah Kimia Anorganik 29 Maret 2010, apabila pembelajaran Kimia itu tidak menarik, pasti guru Kimia tersebut tidak akan popular dan membuat Kimia pun tidak popular juga. Maka perlunya seorang guru mampu mengemas pembelajaran Kimia yang menarik. Peserta didik perlu ditunjukkan untuk apa belajar materi itu dan apa kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Di dalam kurikulum 2006, disebutkan bahwa Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Pada dasarnya dalam kehidupan manusia, unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat itu saling berkaitan satu sama lain. Hal ini semakin memperoleh pembenaran ketika masing-masing individu manusia harus hidup bermasyarakat dan sebagai bagian masyarakat harus berinteraksi dengan alam sebagai habitat hidupnya. Dari sana kemudian mereka mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat. Oleh karena itu aneh apabila dalam kegiatan pembelajaran sains di sekolah kita hanya memberi penekanan pada pemahaman konsep sains yang ingin diperkenalkan tanpa mengkaitkan dengan elemen lain yang meliputi lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Atas dasar itulah pembelajaran sains di sekolah yang berwawasan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan
landasan filofofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan
mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut.
Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS
membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi
pada lingkungan secara fisik maupun mental.
Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik
mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan
sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat
secara timbal balik. Program ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh (Binadja, 1999: 3).
b. Cakupan Pendidikan SETS
Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang
berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang
berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal
bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat.
Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah berarti perhatian
khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur ini
selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains
dalam semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari
peran konsep tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya.
c. Penerapan Pendekatan SETS pada Pembelajaran di Sekolah
Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah
disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Sebuah program untuk
memenuhi kepentingan peserta didik harus dibuat dengan
menyesuaikan tingkat pendidikan peserta didik tersebut. Topik-topik
yang menyangkut isi SETS di luar materi pengajaran dipersiapkan
oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan siswa.
Dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai
adalah pendekatan SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik
dari pendekatan SETS (Binadja, 2000: 6) adalah:
1) Tetap memberi pengajaran sains.
2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke
bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3) Murid diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat
yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi.
4) Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur
sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS
yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah
dalam bentuk teknologi berkenaan.
5) Dalam konteks kontruktivisme murid dapat diajak berbincang
tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan.
Di dalam pengajaran menggunakan pendekatan SETS murid
diminta menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah
murid menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan
benda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain
dalam SETS, sehingga memungkinkan murid memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain
dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya.

Sumber:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kurikulum 2006
Skripsi Ani Rosiyanti
Skripsi Asih Purwaningsih

Garam Mandi; Ladang Bisnis NaCl lagi

Lagi-lagi sumber utamanya adalah garam NaCl. Garam NaCl ternyata tidak hanya untuk bumbu masakan. Garam NaCl ternyata juga dapat dijadikan bisnis jasa perawatan kulit seperti spa ataupun kesehatan dengan aromaterapi. Ya . . garam mandi. Berikut ini penjelasan tentang garam mandi dari http://www.ubb.ac.id
Garam mandi.

Dalam buku harry's cosmeticology, garam mandi didefinisikan sebagai bahan aditif (tambahan) untuk keperluan mandi yang terdiri dari campuran garam nacl dengan bahan kimia anorganik lain yang mudah larut, kemudian diberi bahan pewangi (essentials oil), pewarna, dan mungkin juga senyawa enzim.
garam mandi ini dirancang untuk menimbulkan keharuman, efek pewarnaan air, kebugaran, kesehatan dan juga menurunkan kesadahan air.
komponen utama garam mandi adalah garam nacl yaitu sekira 90% - 95%. berdasarkan definisi di atas, maka jenis garam mandi dapat dibagi berdasarkan komposisi bahan penyusunnya yaitu hanya mengandung garam nacl dan garam anorganik, mengandung garam nacl dan garam anorganik plus essentials oils, mengandung garam nacl, garam anorganik, essentials oil dan pewarna, atau mengandung garam nacl, garam anorganik, essentials oil, pewarna dan enzim.
kegunaan garam mandi secara umum sangatlah beraneka ragam, di antaranya adalah untuk membersihkan tubuh saat berendam, menumbuhkan suasana relaks, menurunkan rasa stres, dan sebagai sarana refreshing. suasana relaks terutama akibat adanya campuran pewangi yang dipercaya dapat memengaruhi emosi serta suasana hati secara signifikan.
sedangkan fungsi khusus di bidang kesehatan terutama karena adanya garam nacl adalah untuk melenturkan otot yang tegang, mengurangi rasa nyeri pada otot yang sakit, menurunkan gejala inflamasi (peradangan), serta menyembuhkan infeksi.
untuk fungsi kecantikan, garam mandi antara lain dapat membantu menghaluskan kulit (cleansing), memacu pertumbuhan sel kulit sekaligus meremajakannya (rejuvenating).
garam mandi sekarang banyak digunakan di spa dan pusat pengobatan dengan sistem aromaterapi karena adanya kandungan essentials oils.

Seperti itulah penjelasan tentang garam mandi. Namun penggunaan garam tetap harus berhati-hati. Jangan sampai melewati ambang batas maksimum. Semuanya itu akan berakibat buruk jika berlebihan. Kadar garam yang berlebihan di dalam tubuh akan dikeluarkan, hal ini juga mengakibatkan kalsium turut keluar. Jika terus berlangsung akan menyebabkan osteopeni, yaitu kepadatan tulang berkurang. kandungan garam normal di dalam tubuh sebesar 500 gram. Kondisi ini jika berlangsung terus-menerus akan menyebabkan osteoporosis. Osteoporosis akan diderita saat usia kita sudah menjelang usia tua. Mungkin saja di kalangan muda ini belum terjangkiti osteoporosis. Namun bisa jadi malah menderita rematik. Nah, kita kupas sebentar tentang rematik ya . . .

REMATIK adalah salah satu penyakit yang lumrah di derita masyarakat Indonesia baik tua maupun muda. Penyakit ini menyerang sendi dan struktur jaringan penunjang di sekitar sendi sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Dalam tingkat yang parah, rematik bahkan dapat menimbulkan kecacatan tetap, ketidakmampuan dan penurunan kualitas hidup.

Di masyarakat, masih terus berkembang mitos dan anggapan yang salah mengenai penyakit ini. Padahal mitos-mitos ini menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan bisa merugikan penderita.

Ahli penyakit dalam dan rheumatolog dari Divisi Rheumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. Bambang Setyohadi, menjelaskan motis dan fakta seputar penyakit rematik. Berikut poin-poinnya :

1. Sering mandi malam di usia muda memicu rematik di usia tua. Faktanya, sejauh ini belum ada bukti yang menguatkan bahwa mandi malam akan menyebabkan penyakit reumatik. Pada prinsipnya mandi malam atau mandi air dingin tidak menyebabkan rematik. "Pada penderita rematik, mandi air dingin memang bisa membuat otot kaku atau spasme. Kondisi tersebut biasanya membuat sendi tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit," ujar Dr. Bambang saat peluncuran Senam Rematik.di Jakarta, Miinggu (25/5) kemarin.

2. Makan kankung atau bayam sebabkan rematik. Tidak ada hasil penelitian yang menghubungkan antara bayam atau kangkung dengan riisko rematik. "Kalaupun yang harus dihindari, bila Anda ditakdirkan menderita rematik adalah makanan yang dapat memicu purin atau bahan yang akan diubah menjadi asam urat seperti jeroan, seafood atau minuman beralkohol," tegas Bambang.

3. Semua penyakit rematik disebabkan asam urat. "Faktanya, hanya sekitar 10 persen saja pengidap rematik yang asam uratnya tinggi. Banyak pasien yang asam urat tinggi justru tidak mengalami rematik," kata Bambang. Menurutnya, asam urat dalam darah yang tinggi belum tentu akan menyebabkan rematik. "Penyakit rematik akan terjadi bila asam urat terkumpul dalam sendi dan membentuk endapan kristal monosodium urat. penyakit ini," terangnya.

3. Penyakit rematik adalah penyakit tulang. Faktanya rematik adalah penyakit yang menyerang persendian tulang dan terdiri dari berbagai jenis diantaranya adalah osteoartritis dan reumatoid artritis. Osteoartritis paling sering menyerang sendi-sendi besar yang mendukung berat badan seperti sendi lulut, panggul, tulang belakang, punggung dan leher meski tidak tertutup kemungkinan menyerang daerah lain sementara reumatoid artiritis dikarenakan sistem imun yang menyerang lapisan atau membran sinovial sendi clan melibatkan seluruh organ-organ tubuh, dapat menyebabkan kecacatan.

4. Penyakit rematik hanya mengincar lansia. Faktanya, rematik menyerang semua orang, tua maupun muda baik pria maupun wanita tergantung pada jenis penyakit rematiknya. Pada rematik jenis osteoartritis umumnya menyerang orang-orang berusia diatas 45 tahun sementara jenis Lupus Eritematosus menyerang wanita muda usia produktif tetapi juga dapat mengenai setiap orang. Para pria lebih mudah terserang Gout.

5. Penyakit rematik adalah keturunan. Faktanya, rematik tidak selalu diturunkan secara langsung dari orang tua ke anak. "Namun begitu, ada kecenderungan faktor keluarga menjadi faktor resiko terjadinya rematik seperti pada Reumatoid Artritis, Lupus Eritematosus Sistemik dan Gout," ujar Dr Bambang.

6. Sakit pada tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik. Faktanya, gejala-gejala yang umumnya terjadi pada penderita rematik adalah pegal-pegal dan peradangan pada sendi (merah, bengkak, nyeri, terasa panas dan umumnya sulit digerakkan). Gejala ini tidak terbatas pada malam hari. Bisa menyerang setiap saat

(rematik dikutip dari Kompas.com, Senin, 26 Mei 2008)

Bisnis Sabun dari NaCl, Bisa!!!

Dari kuliah Kimia Anorganik bersama Prof AK Prodjosantosa kemarin, memang full tentang Logam Golongan IA khususnya natrium. Ada ladang bisnis lagi ini.
Ceritanya seperti ini.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, masyarakat baik dalam skala rumah
tangga maupun industri banyak menggunakan minyak goreng sebagai media transfer
panas pada makanan. Minyak yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang
terbuat dari kelapa, kelapa sawit, jagung, dll. Namun pada hakikatnya sebagian besar
minyak goreng terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, dan yang paling banyak
digunakan adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit.
Sebagai media transfer panas, saat proses penggorengan berlangsung, minyak
goreng akan teradsorbsi pada makanan masuk mengisi ruang-ruang kosong pada
makanan sehingga hasil penggorengan mengandung 5-40% minyak. Dengan
demikian mau tidak mau minyak goreng ikut terkonsumsi dan masuk ke dalam tubuh.
Hal ini tidak akan menimbulkan masalah selama minyak yang digunakan untuk
menggoreng tidak rusak. Akan tetapi masyarakat kebanyakan tidak mengetahui hal
tersebut dan terus menggunakan minyak goreng hingga rusak sehingga minyak
goreng yang mereka konsumsi sudah tidak sehat lagi. Faktor penyebabnya sangatlah
bervariasi di antaranya adalah rasa sayang jika minyak goreng tidak digunakan
walaupun minyak tersebut sudah rusak dan tidak layak konsumsi.
Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses
penggorengan, hal itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang
digoreng sehingga berpengaruh pada mutu makanan itu sendiri. Minyak goreng yang
rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak
pada makanan. Selain itu minyak goreng yang rusak bila dikonsumsi akan dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti pengendapan lemak dalam pembuluh
darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai cerna lemak. Berdasarkan penelitian
juga menyebutkan bahwa kemungkinan adanya senyawa karsinogenik dalam minyak
yang dipanaskan, terbukti dengan adanya bahan pangan berlemak teroksidasi yang
dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Terbentuknya akrolein saat
penggorengan juga sangat berbahaya karena akrolein yang terbentuk itu sendiri
bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan.
Oleh karena itulah perlu adanya upaya pemanfaat minyak goreng bekas atau
yang biasa disebut dengan “jelantah” agar tidak tetap dikonsumsi atau mencemari
lingkungan sehingga masyarakat terhindar dari bahaya minyak goreng bekas.
Minyak goreng bekas (jelantah) ini dapat digunakan sebagai bahan dasar suatu produk yang dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat, misalnya saja shampo, sabun, atau bahan bakar diesel. Untuk membuat sabun, maka cukup direaksikan dengan unsur penyusun NaCl.

Garam NaCl; Lahan Bisnis dengan Bahan Baku Gratis tapi Cukup Ironis

Oleh: Yuni Nurfiana
Sebagian besar dari permukaan bumi adalah lautan. Lautan/laut menutup permukaan bumi sebesar kurang lebih 71%. Komposisi air di dunia ini pun 97% adalah air laut, sisanya 3% air tawar. Demikian juga dengan Indonesia. Luas wilayah Indonesia kurang lebih 8.193.250 km2 dengan luas laut kurang lebih 6.166.163 km2 atau 75 % (Suhardi: 2001). Laut Indonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km mengandung berbagai macam potensi sumber daya laut baik yang berada di permukaan maupun di dasar laut. Sumber daya yang terbesar itu adalah air laut. Air laut yang jumlahnya tak ternilai itu memiliki nilai komersial dan saintifik yang tinggi ditinjau dari komposisinya. Air laut merupakan campuran dari berbagai macam unsur kimia yaitu hidrogen, oksigen, natrium, klorida, fosfor, nitrogen, silikon, karbondioksida, besi, dan masih banyak mineral lainnya. Senyawa yang paling dikenal dari air laut adalah garam NaCl.
Pemeo "Ibarat sayur tanpa garam" seolah menggambarkan pentingnya penggunaan garam dalam masakan. Garamlah yang membuat makanan terasa gurih. Garam dengan nama senyawa kimia sodium atau natrium chlorida (NaCl) merupakan bahan anorganik yang sangat diperlukan tubuh. Tubuh memerlukan kandungan garam tertentu agar berfungsi dengan baik. Natrium membantu tubuh menjaga konsentrasi cairan di dalam tubuh. Garam ini juga berperan sebagai transmisi elektronik dalam saraf dan membantu sel-sel tubuh membentuk nutrisi. Kandungan garam dalam makanan sangat diperlukan untuk mendukung fungsi organ tubuh. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, garam NaCl juga memiliki manfaat untuk kebutuhan industri kimia, pembuatan sampo dan sabun, cairan infuse, makanan produksi pabrik, minuman kesehatan, oralit, produk perawatan kulit dan kecantikan, cairan dialisat untuk cuci darah penderita gagal ginjal, dan masih banyak lagi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan RI, produksi garam nasional tahun 2009 yang sebesar 1.245.000 ton. Menteri Perdagangan mengungkapkan bahwa kebutuhan garam nasional sepanjang tahun 2009 adalah sebesar 2.855.000 ton. Dengan rincian, untuk rumah tangga 660 ribu ton, industri Chlor Alkali Plant (CAP) sebanyak 1.560.000 ton, industri aneka pangan 510 ribu ton, dan pengeboran minyak (sebesar) 125 ribu ton. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, diperlukan garam impor sebesar 1.640.000 ton pada tahun 2009 (JPNN.com). Majalah Gatra edisi 9 September 2009 menyebutkan bahwa dalam setahun setidaknya Indonesia menghabiskan devisa sebesar Rp 900 milyar untuk mengimpor garam sedikitnya 1.28 juta ton. Sebuah Ironi bukan? Indonesia yang 75% wilayahnya adalah laut, memiliki garis pantai terpanjang sedunia, memiliki lautan luas yang menjadi bahan baku gratis industri garam, tetapi realitanya telah mengimpor garam dari luar negeri.
Seperti yang diungkapkan Manadiyanto dalam Sinar Harapan 20 Maret 2010, Indonesia sampai saat ini belum mampu memanfaatkan potensi yang ada sebagai penghasil garam. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri masih harus impor. Suatu keadaan yang ironis, di satu sisi sumber bahan baku garam cukup melimpah, tetapi di sisi lain untuk memenuhi garam dalam negeri masih harus mendatangkan dari Negara lain. Dengan kata lain, meskipun negeri kita lautnya luas, tapi ternyata miskin garam. Apabila diasumsikan harga garam impor per ton saat ini adalah Rp 1.000.000,00 maka uang yang harus dikeluarkan untuk impor garam per tahunnya yaitu Rp 1.590.000.000,00.
Pada kuliah Kimia Anorganik tanggal 29 Maret 2009, Prof AK Prodjosantosa, PhD menyatakan bahwa negara kita ini adalah negara yang kaya dengan garam NaCl. Dan dari NaCl itu sebenarnya dapat melahirkan bisnis autaupun industri yang menjanjikan. Senyawa garam NaCl terdiri dari unsur Natrium dan Klorida. Unsur-unsur ini menjadi penyusun senyawa-senyawa yang penting untuk industri. Pada diagram di bawah, menggambarkan berbagai macam senyawa yang dapat terbentuk dari air laut. Senyawa-senyawa tersebut menjadi bahan baku industri. (nyari unsur natrium dan klorida serta kegunaannya)