Rabu, 31 Maret 2010

Joyful Learning melalui Pendekatan SETS

Oleh: Yuni Nurfiana
Pembelajaran Kimia idealnya dikemas semenarik mungkin sehingga peserta didik memiliki motivasi untuk mau belajar Kimia lebih dalam. Karena Kimia bukan saja pelajaran yang berguna untuk satu profesi, akan tetapi pelajaran Kimia itu memiliki kegunaan untuk semua profesi manusia. Bahkan manusia yang tidak berprofesi pun sesungguhnya sangat membutuhkan pemahaman akan Kimia. Kimia memang menyelimuti alam semesta ini.
Seperti yang diungkapkan Prof AK Prodjosantosa dalam kuliah Kimia Anorganik 29 Maret 2010, apabila pembelajaran Kimia itu tidak menarik, pasti guru Kimia tersebut tidak akan popular dan membuat Kimia pun tidak popular juga. Maka perlunya seorang guru mampu mengemas pembelajaran Kimia yang menarik. Peserta didik perlu ditunjukkan untuk apa belajar materi itu dan apa kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Di dalam kurikulum 2006, disebutkan bahwa Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Pada dasarnya dalam kehidupan manusia, unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat itu saling berkaitan satu sama lain. Hal ini semakin memperoleh pembenaran ketika masing-masing individu manusia harus hidup bermasyarakat dan sebagai bagian masyarakat harus berinteraksi dengan alam sebagai habitat hidupnya. Dari sana kemudian mereka mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat. Oleh karena itu aneh apabila dalam kegiatan pembelajaran sains di sekolah kita hanya memberi penekanan pada pemahaman konsep sains yang ingin diperkenalkan tanpa mengkaitkan dengan elemen lain yang meliputi lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Atas dasar itulah pembelajaran sains di sekolah yang berwawasan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan
landasan filofofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan
mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut.
Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS
membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi
pada lingkungan secara fisik maupun mental.
Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik
mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan
sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat
secara timbal balik. Program ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh (Binadja, 1999: 3).
b. Cakupan Pendidikan SETS
Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang
berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang
berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal
bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat.
Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah berarti perhatian
khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur ini
selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains
dalam semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari
peran konsep tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya.
c. Penerapan Pendekatan SETS pada Pembelajaran di Sekolah
Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah
disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Sebuah program untuk
memenuhi kepentingan peserta didik harus dibuat dengan
menyesuaikan tingkat pendidikan peserta didik tersebut. Topik-topik
yang menyangkut isi SETS di luar materi pengajaran dipersiapkan
oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan siswa.
Dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai
adalah pendekatan SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik
dari pendekatan SETS (Binadja, 2000: 6) adalah:
1) Tetap memberi pengajaran sains.
2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke
bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3) Murid diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat
yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi.
4) Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur
sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS
yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah
dalam bentuk teknologi berkenaan.
5) Dalam konteks kontruktivisme murid dapat diajak berbincang
tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan.
Di dalam pengajaran menggunakan pendekatan SETS murid
diminta menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah
murid menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan
benda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain
dalam SETS, sehingga memungkinkan murid memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain
dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya.

Sumber:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kurikulum 2006
Skripsi Ani Rosiyanti
Skripsi Asih Purwaningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar