Rabu, 31 Maret 2010

Bisnis Sabun dari NaCl, Bisa!!!

Dari kuliah Kimia Anorganik bersama Prof AK Prodjosantosa kemarin, memang full tentang Logam Golongan IA khususnya natrium. Ada ladang bisnis lagi ini.
Ceritanya seperti ini.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, masyarakat baik dalam skala rumah
tangga maupun industri banyak menggunakan minyak goreng sebagai media transfer
panas pada makanan. Minyak yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang
terbuat dari kelapa, kelapa sawit, jagung, dll. Namun pada hakikatnya sebagian besar
minyak goreng terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, dan yang paling banyak
digunakan adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit.
Sebagai media transfer panas, saat proses penggorengan berlangsung, minyak
goreng akan teradsorbsi pada makanan masuk mengisi ruang-ruang kosong pada
makanan sehingga hasil penggorengan mengandung 5-40% minyak. Dengan
demikian mau tidak mau minyak goreng ikut terkonsumsi dan masuk ke dalam tubuh.
Hal ini tidak akan menimbulkan masalah selama minyak yang digunakan untuk
menggoreng tidak rusak. Akan tetapi masyarakat kebanyakan tidak mengetahui hal
tersebut dan terus menggunakan minyak goreng hingga rusak sehingga minyak
goreng yang mereka konsumsi sudah tidak sehat lagi. Faktor penyebabnya sangatlah
bervariasi di antaranya adalah rasa sayang jika minyak goreng tidak digunakan
walaupun minyak tersebut sudah rusak dan tidak layak konsumsi.
Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses
penggorengan, hal itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang
digoreng sehingga berpengaruh pada mutu makanan itu sendiri. Minyak goreng yang
rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak
pada makanan. Selain itu minyak goreng yang rusak bila dikonsumsi akan dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti pengendapan lemak dalam pembuluh
darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai cerna lemak. Berdasarkan penelitian
juga menyebutkan bahwa kemungkinan adanya senyawa karsinogenik dalam minyak
yang dipanaskan, terbukti dengan adanya bahan pangan berlemak teroksidasi yang
dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Terbentuknya akrolein saat
penggorengan juga sangat berbahaya karena akrolein yang terbentuk itu sendiri
bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan.
Oleh karena itulah perlu adanya upaya pemanfaat minyak goreng bekas atau
yang biasa disebut dengan “jelantah” agar tidak tetap dikonsumsi atau mencemari
lingkungan sehingga masyarakat terhindar dari bahaya minyak goreng bekas.
Minyak goreng bekas (jelantah) ini dapat digunakan sebagai bahan dasar suatu produk yang dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat, misalnya saja shampo, sabun, atau bahan bakar diesel. Untuk membuat sabun, maka cukup direaksikan dengan unsur penyusun NaCl.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar